A. Sejarah APEC
Secara harfiah, APEC merupakan singkatan dari Asia
Pacific Economic Cooperation, yaitu wadah kerja sama bangsa-bangsa di kawasan
Asia Pasific di bidang ekonomi. APEC resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989 di
Canberra, Australia. Pembentukan forum ini merupakan usulan mantan Perdana
Menteri Australia, Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari berbagai usulan dan
upaya untuk mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia Pasific. Ada dua faktor
yang dominan yang mendorong lahirnya APEC yaitu:
q
Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya
kelompok-kelompok perdagangan seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Utara.
q
Perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi
dan berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Dua faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran
APEC, suatu forum kerja sama internasional yang dimaksudkan untuk meningkan
kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik terutama di bidang perdagangan dan
investasi. Itulah sebabnya mengapa APEC dapat dikatakan sebagai suatu forum internasional dengan fokus
perhatian pada masalah ekonomi dan bukan politik. Keanggotaannya bersifat
terbuka dan kegiatannya lebih menekankan pada kerja sama di bidang ekonomi.
Dengan perkataan lain, forum ini pada dasarnya ingin membentuk sebuah blok
terbuka yang keanggotaannya bersifat suka rela, dengan fokus perhatian pada
masalah ekonomi, bukan politik.[6]
Empat tahun setelah pendiriannya pada tahun 1989, para pemimpin
negara-negara anggota APEC mulai menggelar dialog intensif dan setahun setelah
mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai dengan tahap pembentukan visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi anggota APEC (AELM/APEC
Economic Leaders Meeting) yang pertama di Blake Island, Seattle, AS, APEC
menetapkan visi bahwa kawasan yang mewakili (saat itu) populasi 40 persen dari
penduduk dunia, dan Produk Nasional Bruto (GNP) mencapai sekitar 55 persen GNP
dunia siap, memainkan peranan penting dalam perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung sepenuhnya sistem perdagangan
multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan investasi bebas akan mampu
mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan investasi adalah merupakan sasaran
utama APEC dan hal ini menjadi sangat jelas sejak Deklarasi Bogor tahun 1994
ketika para pemimpin APEC menetapkan sasaran perdagangan bebas dan investasi
untuk negara maju tahun 2010 dan negara berkembang 2020.
Sejak digelarnya APEC Economic Leaders Meeting (AELM) di Seattle,
AS, tahun 1993, setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di
antara para pemimpin negara-negara anggota APEC. Deklarasi tersebut secara
kronologis bisa dilihat pada tabel di bawah.
1. Perubahan Strategi
Dari serangkaian deklarasi atau kesepakatan yang berhasil
dirumuskan dengan jelas, dapat diamati bahwa telah terjadi perubahan dalam
strategi APEC dalam upaya membuka pasar.
Jika sebelumnya ditentukan deadline bagi negara-negara
anggota untuk membuka pasarnya pada tahun 2010 (untuk negara maju) dan 2020 (untuk
negara berkembang), maka kini proses diubah menjadi keterbukaan pasar secara
sektoral satu per satu.
Artinya, negara anggota yang merasa sudah siap, bisa menentukan
sendiri sektor apa saja yang secepatnya mencapai ke-terbukaan pasar. Sedangkan
negara yang belum siap menyusul kemudian. Inilah yang kemudian disebutkan sebagi
liberalisasi dini secara sukarela (EVSL/ Early Voluntary Sectoral
Liberalization).
Adanya perubahan tersebut menunjukkan adanya keinginan untuk
menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi lebih cepat dan dalam waktu
yang bersamaan adanya keraguan akan kekompakan negara anggota dalam mencapai
tujuan yang telah dicanangkan.
Secara gamblang dapat dikatakan bahwa setiap negara mendukung
liberalisasi perdagangan dan investasi, bila dengan itu kemakmuran masyarakat
dapat ditingkatkan secara berarti.
Sebaliknya, bila liberalisasi tidak segera menghasilkan manfaat,
bahkan untuk sementara membebani masyarakat, akan muncul ketidaksetujuan, atau
alternatif lain yang dianggap lebih baik. APEC tampaknya dewasa ini dihadapkan
kepada berbagai pandangan kritis yang mempersoalkan keberadaan serta strategi
yang akan ditempuh.
2. Deklarasi Bersama Para Pemimpin APEC
a. 1993: Blake Island, Seattle, AS
Para pemimpin APEC berhasil menciptakan Visi Ekonomi (Economic
Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini disepakati untuk menciptakan
sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan menetapkan kerangka kerja
sama perdagangan, investasi, dan pengalihan teknologi, termasuk permodalan. Para
pemimpin APEC menegaskan bahwa liberalisasi perdagangan dan investasi adalah
dasar identitas dan aktivitas APEC, dan kerja sama yang akan dijalin dilakukan
melalui kelompok kerja.
b. 1994: Bogor Indonesia
Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara yang sudah pada
tingkat industrialisasi (negara-negara maju) akan mencapai sasaran perdagangan
dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling lambat tahun 2010,
dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
memperluas dan mempercepat program pemudahan perdagangan dan investasi di
kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama pembangunan di
antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
pusat-pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang IPTEK (termasuk alih
teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad Bersama (Declaration
of Common Resolve).
c. 1995: Osaka, Jepang
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka Declaration) bahwa APEC
mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu perdagangan dan investasi,
fasilitasi serta kerja sama ekonomi dan teknik.
Prinsip-prinsip untuk memandu pencapaian liberalisasi dan
fasilitasi meliputi konsistensi dengan WTO, komparabilitas, nondiskriminasi,
transparansi, komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk menyusun agenda
Rencana Aksi individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya di Manila.
d. 1996: Teluk Subic, Filipina
Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan komprehensif
guna mencapai tujuan deklarasi Bogor. Para pemimpin APEC merekomendasikan
diadakannya penyempurnaan Rencana Aksi Individual masing-masing negara anggota
untuk dibahas dalam pertemuan di Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk memfasilitasi dunia usaha dalam
melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun antaranggota ekonomi APEC.
Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut sebagai Rencana Aksi Manila
untuk APEC (Manila Action Plan For APEC/MAPA).
e. 1997: Vancouver, Kanada
Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket EVSL atau
liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud rencana aksi
individual. Adapun sektor-sektor yang disetujui untuk diliberalisasi secara dini,
adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan kedokteran, energi,
mainan, permata dan perhiasan, produk kimia, telekomuniasi serta peralatan
pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi dininya adalah,
sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet dan karet sintesis,
minyak, dan produk minyak serta makanan.
f. 1998: Kuala Lumpur, Malaysia
Salah satu keputusan penting yang dihasilkan di Kuala Lumpur (Cyberjaya
Declaration), adalah kesepakatan mendesak negara industri maju untuk
membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut keuangan).
Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997 beberapa negara di
Kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan salah satu faktor yang memungkinkan hal
itu terjadi adalah kelemahan peraturan atau kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih transparan menyangkut
standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang terlibat langsung
dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin APEC mengharapkan agar
lembaga keuangan internasional dapat dan mampu menyajikan analis-analis yang
lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk
meningkatkan upaya-upaya inovatif dalam rangka pemulihan arus masuk modal. Hal
ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga multilateral seperti Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB).
g. 1998: Auckland, Selandia Baru
Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa untuk mempercepat
pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui penajaman komitmen
liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan perdagangan, baik tarif
maupun nontarif.
Selain
itu disepakati bahwa untuk memperkuat sistem ekonomi pasar di antara negara
anggota dipandang perlu membentuk pusat jaringan usaha kecil menengah (UKM).
B. Manajemen APEC
1. Anggota APEC dan Mekanisme Kerjasama APEC
Anggota APEC terdiri dari Amerika Serikat, Kanada,
Meksiko, Cile, Jepang, Hongkong, Republik Korea, Cina Taiwan, Republik Cina,
Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Indonesia, Papua
Nugini, Australia dan Selandia Baru.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
Anggota-anggota APEC menjalin kerja sama melalui dialog-dialog yang dilakukan melaui pertemuan-pertemuan rutin. Ada dua jenis pertemuan dialog di dalam APEC, yaitu AELM dan KTM.
AELM kepanjangan dari APEC Leaders Meeting adalah
forum pertemuan para pemimpin ekonomi APEC yang juga merupakan Pertemuan Tahunan
Kepala Negara APEC. AELM I diselenggarakan di Seatle, Amerika Serikat Tahun
1993. AELM II di Bogor, Indonesia 15 November 1994, AELM III di Osaka, Jepang
tahun 1995.
Selain melalui pertemuan tingkat kepala negara,
masing-masing pihak di dalam APEC juga mengadakan pertemuan lewat delegasi
menteri-menteri. Sejak terbentuknya APEC pada bulan November 1989, APEC
setidaknya telah mengadakan enam kali KTM.
Pertemuan-pertemuan ini dijadikan wadah bagi
anggota-anggota APEC untuk memperkuat level kerja sama di antara mereka, yang
terdiri dari tiga level kerja sama yaitu:
q
Kerja sama untuk menciptakan perdagangan bebas dan arus investasi
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
yuang lebih lancar di kawasan Asia Pasifik.
q
Program kerja penunjang perdagangan.
q
Kerja sama etnik/budaya.
2. Struktur Organisasi APEC
Struktur APEC terdiri dari KTM, SOM, Komite Perdagangan dan Investasi (CTI), Komite Anggaran dan Administrasi (BAC) dan Kelompok Ad-hoc mengenai ETI.
Secara khusus mengenai CTI, Komite Perdagangan dan Investasi ini mempunyai 10 program kerja yaitu:
q
Dialog kebijaksanaan perdagangan
q
Kepabeanan
q
Tarif
q
Investasi
q
Segi administrasi dari akses pasar
q
Standar dan konfirmasi
q
Pengusaha kecil dan menengah
q
Isu tambahan lainnya, seperti isu terorisme.
No comments:
Post a Comment